BAB 1 (MANUSIA DAN AGAMA)
BAB 1
MANUSIA DAN AGAMA
1. Manusia Menurut Al-Qur’an
Pertanyaan "Apakah manusia dapat hidup tanpa agama?" adalah pertanyaan utama dalam studi filsafat, teologi, dan sosiologi. Untuk memberikan jawaban, kita harus terlebih dahulu memahami hakikat manusia menurut pandangan Al-Qur'an, yang mengelompokkan manusia dalam tiga konsep penting: Al-Basyar, An-Naas, dan Al-Insan.
Al-Basyar: Menunjukkan manusia dari segi biologis, yakni makhluk yang memiliki kebutuhan jasmani seperti makan, minum, dan berkembang biak.
An-Naas: Menggambarkan manusia sebagai makhluk yang berakal, mampu berpikir dan membedakan baik-buruk.
Al-Insan: Menunjukkan manusia yang tidak hanya berakal, tetapi juga memiliki potensi keimanan dan ketaqwaan, sehingga mampu menjalankan tugas sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi.
2. Manusia Menurut Para Tokoh
Sokrates mendekati manusia sebagai individu, sementara Plato melihat manusia dari sudut kehidupan sosial dan politiknya.
Sastrapratedja: manusia adalah makhluk yang historis
Comte mengatakan bahwa "mengenal diri adalah mengenal sejarah", manusia tidak cukup apabila hanya dilihat dari sudut fisika, kimia, dan biologi saja.
Ernst Cassirer: manusia tidak dapat didesinisikan berdasarkan sifat metafisik dan fisiknya. Ciri utama manusia terletak pada karyanya
3. Bahan Penciptaan Manusia
1) Unsur Materi
Dalam QS. As-Sajdah: 7-8 Allah Swt. Berfirman:
الَّذِيْٓ اَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهٗ وَبَدَاَ خَلْقَ الْاِنْسَانِ مِنْ طِيْنٍ
Artinya: "Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan memulai penciptaan manusia dari tanah." (QS. As-Sajdah 32: Ayat 7)
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهٗ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ مَّاۤءٍ مَّهِيْنٍ
Artinya: "Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani)." (QS. As-Sajdah 32: Ayat 8)
Penafsiran para ulama menyatakan bahwa tanah sebagai bahan dasar penciptaan manusia memiliki makna mendalam:
Tanah melambangkan unsur fisik manusia, yang bersifat rendah dan sederhana, namun darinya Allah menciptakan makhluk yang paling sempurna.
Proses penciptaan manusia dari tanah tidak terjadi secara instan, melainkan melalui tahapan yang panjang dan penuh hikmah. Adam, sebagai manusia pertama, diciptakan langsung dari tanah liat yang terdiri dari air dan tanah, yang kemudian menjadi dasar bagi seluruh keturunannya.
Keterkaitan manusia dengan tanah juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari: makanan yang dikonsumsi manusia, baik dari tumbuhan maupun hewan, pada akhirnya bersumber dari tanah. Ini menegaskan bahwa kehidupan manusia sangat bergantung pada tanah sebagai sumber kehidupan.
Ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an juga menyebutkan variasi tanah sebagai bahan penciptaan, seperti tanah liat, tanah kering seperti tembikar, dan sari pati tanah (QS. Al-Mu’minun: 12, QS. Ar-Rahman: 14). Semua ini menunjukkan kerendahan asal-usul manusia secara fisik, namun juga menjadi bukti keagungan dan kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk yang sempurna dari bahan sederhana.
2) Unsur Non Materi (As-Sajdah : 9, Al-Isra’ : 175, Al-Qadr : 4)
Nafkhah > Ruh, Manusia Spiritual > Manusia Mulia.
4. Beberapa Teori Tentang Agama :
Edward B. Tylor (1832-1917) Teori Animisme dan Evolusi Agama. Tiga tahap perkembangan evolusi agama dari animistik, politeistik, ke monoteistik.
J.G. Frazer (1854-1941) Teori Magis. Magis adalah tindakan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan melalui kekuatan gaib-luar biasa yang ada di alam.
Emile Durkheim (1859--) Teori Sentimen Kemasyarakatan. Agama muncul karena adanya getaran jiwa yang berupa rasa cinta terhadap masyarakatnya. Totem merupakan benda-benda keramat sebagai lambang suatu masyarakat.
Andrew Lang (1844-1912) Teori ‘Ur Monoteisme’. Keyakinan adanya dewa tertinggi yang dipandang sebagai Pencipta alam, penjaga ketertiban alam dan kesusilaan.
5. Agama Dalam Terminologi Islam
Dalam bahasa arab, agama disebut dengan din :
Kekalahan dan penyerahan diri pada pihak yang lebih berkuasa.
Ketaatan, penghambaan bagi pihak yang lemah kepada pihak yang punya kuasa.
Undang-undung hukum pidana, perdata dan peraturan yang berlaku dan ditaati.
Peradilan, perhitungan atau pertanggungjawaban, pembalasan, vonis dan sebagainya.
6. Unsur – Unsur Agama :
Emosi keagamaan
Upacara keagamaan
Tempat dan peralatan peribadatan
Kelompok penganut
Sistem keyakinan
7. Fungsi Agama :
Agama menyajikan dukungan rekonsiliasi di saat manusia menghadapi ketidakpastian dan frustasi.
Agama menyajikan sarana hubungan transendental melalui amal ibadat, yang menimbulkan rasa damai dan identitas baru yang menyegarkan.
Agama memberikan standar nilai untuk mengkaji ulang nilai-nilai.
Agama mengesahkan, memperkuat, memberi legitimasi dan mensucikan nilai dan norma masyarakat.
Agama memberikan status atau identitas baru dalam pertumbuhan dan siklus perkembangan individual melalui berbagai krisis rites.
Komentar
Posting Komentar